kita nyaris mati...!! karena luka, karena duka, karena berlari. kapan kita percaya bahwa hujan menyembuhkan luka?
dulu, di kehidupan masing-masing karena luka yang tak sembuh hanya dengan menangisi mendung atau menikmati hujan di sudut teras yang kering dan di sisa banjir airmata mungkin itu aku. Aku masih suka hujan, Aku masih terluka. Dan mendung adalah satu-satunya tempat yang paling ceria.
Lalu kamu?? entah luka atau hanya duka yang tak pernah pergi hanya dengan memandangi matahari atau menyimpannya didalam toples. Saat aku masih berduka dan matahari adalah satu-satunya tempatku berlari dan menghadap Tuhan untuk menyampaikan protes.
Kapan percaya ini mampu menerima bahwa matahari dapat menyingkirkan duka?
kita pernah percaya bahwa hujan dan matahari membuatkan pelangi untuk mempersatukan kita atas nama cinta, fana, terlalu banyak warna dan terlalu cepat pudar. Kamu bilang lebih baik kita menikmati fajar, aku bilang lebih baik kita menghitung tetes hujan yang saling kejar. Tapi kenyataannya tentang kita masih selalu soal aku dan kamu, lalu kita pun hilang getar.
Kita nyaris mati.
aku, kamu? aku tak tau, aku mengatasnamakan kita agar tak ada beda, aku tak tau kapan kita percaya bahwa hujan menyembuhkan luka dan matahari menyingkirkan duka?
